Sabtu, 11 Mei 2013

11 Mei



11 Mei...
MUNGKIN banyak orang yang jika ngomongin tentang suatu hal yang bernama kesetiaan akan langsung teringat dengan sebuah film yang baru-baru ini menjadi booming di kalangan penikmat film Indonesia yang tidak lain adalah film yang mengisahkan tentang perjalanan kisah cinta antara presiden ketiga Indonesia dengan istrinya sendiri yaitu Habibie dan Ainun.

Tetapi seperti kata dari Raditya Dika yang gue inget “cerita yang bagus emang ada di film, tapi kisah nyata manusia itu jauh lebih keren, mereka itu kayak buku”. Membuat gue teringat dengan kisah kesetiaan oleh orang terdekat gue yang menurut gue, gak kalah dari kisah Habibie dan Ainun,bukannya gue mau bilang cerita itu jelek, gue tau Habibie dan Ainun itu diangkat dari kisah nyata, dan gak heran film itu laris dipasaran, mulai dari yang original di toko kaset, sampe yang bajakan di abang-abang pinggir jalan.

Oke, langsung aja. Ini dia cerita dari orang terdekat gue yang gak kalah keren dari Habibie dan Ainun:

GUE mungkin bukanlah salah satu dari anak-anak  yang beruntung, yang terlahir dengan kakek dan nenek yang berjumlah sempurna: dua kakek dan dua nenek. Gue terlahir dengan satu orang kakek dan dua orang nenek semasa hidup gue, salah satu dari kakek gue udah dipanggil duluan sama Tuhan saat gue belum lahir.

Ini tulisan tentang satu-satunya kakek gue, tentang orang yang mengajari gue sebuah arti kesetiaan kepada orang yang dia cintai semasa hidupnya.tulisan ini buat kakek, untuk peringatan satu tahun kepergian kakek gue tanggal 11 mei 2012 silam.

Cerita ini dimulai dari kepergian salah satu dari nenek gue yang tercinta 12 juni 2004 lalu setelah usaha hebatnya melawan kanker, sebuah pukulan besar bagi keluarga besar gue, terutama untuk kakek dan bokap gue.

Kepergian nenek gue mengubah drastis hari-hari yang dilalui oleh kakek gue, dia jadi kayak orang yang gak keurus, bukannya emang gak diurus, tapi karena dia berubah jadi orang yang susah untuk dikasih tau. Dia cuma takluk dan nurut oleh kata-kata suruhan almarhumah nenek gue, padahalkan nenek gue udah gak ada. Romantis? Menurut gue sih enggak. Itu sih laki-laki takut istri namanya hehehe. (dasar cucu terkutuk)

Dia (kakek gue) mengingatkan gue dengan kisah Mbah Maridjan yang gak mau turun dari gunung Merapi saat terjadi erupsi gunung Merapi. Mbah Maridjan cuma mau turun kalo Sultan Hamengkubuwono ke IX yang nyuruh dia turun, padahal sultan udah meninggal lamaaaaaaa banget, pokoknya kalo bukan sultan yang nyuruh dia turun dia gak mau.

itulah kemiripan Alm. Kakek gue dengan Alm. Mbah Maridjan yang meninggal karena menunaikan janjinya untuk menjaga gunung Merapi. mereka sama-sama setia cuma kalo kakek gue setia sama nenek gue dan Mbah setia sama janjinya untuk menjaga si gunung.

Nenek gue meninggal disekitar pertengahan tahun 2004, sedangkan kakek gue di pertengahan 2012 so.. jarak yang lumayan lama menurut gue sekitar..
*tunggu lagi ngitung.

.

.

.

.

Nah sekitar 8 tahunan lah, boleh percaya atau enggak 7 dari 8 tahun itu kakek gue enggak pernah absen dalam setiap mingu mengunjungi makam nenek gue. Itu berarti dalam satu bulan dia mengunjungi nenek gue sekitar empat kali, empat puluh delapan kali dalam setahun, dan Tiga ratus tiga puluh enam kali dalam tujuh tahun.

mungkin kebanyakan dari orang-orang sekarang hanya mengunjungi makam keluarga hanya saat lebaran pas bulan puasa. Itu cuma satu kali dalam setahun, dan cuma tujuh kali dalam tujuh tahun. Kakek gue empat puluh delapan kali lipatnya.

Sebuah hal yang gak aneh saat bunga-bunga di makam nenek gue berganti setiap seminggu sekali, kakek gue ini tergolong orang yang mempunyai sifat yang ekstrem kalo dia udah punya mau. Walau hujan atau panas dia harus absen ke makam nenek gue setiap hari jum’at semasa hidupnya.

Tetapi tujuh tahun pun berlalu, mungkin karena faktor usia dan tubuh yang menua dia mulai mengalami sakit-sakit saat tahun kedelapan. Dia menjadi hanya beberapa kali kemakam nenek gue, dia tetep ngeyel walau udah dilarang sama om dan tante gue. Sekali lagi, kakek gue cuma nurut sama nenek gue, dan itu penyebabnya.

Gue pernah diceritain sama nyokap tentang hal ekstrem yang pernah dilakukan kakek gue saat tahun-tahun terakhirnya. Walau dia sakit, dia akhirnya nekat ke TPU Pondok Rangon tempat dimana Alm. Nenek gue dimakamkan.

Akhirnya ditengah jalan saat melewati tanjakkan besar dalam perjalanannya, motor honda pabrikan tahun 70-an punya dia mengalami masalah serius, pedal rem-nya patah. Kebayang gimana caranya seorang kakek-kakek penyakitan berumur 76 tahun bisa selamat pergi ke makam istrinya, dengan motor tanpa rem, dan bisa pulang dengan selamat sampai kerumah tanpa kehilangan anggota tubuh?. That was amazing buat gue, hal gila yang dilakuin dia atas dasar kesetiaan itu bener-bener diluar nalar. Tapi kok bisa? Mungkin itu yang disebut The Power Of Love.

8 tahun berlalu, akhirnya pada hari itu jum’at 11 Mei 2012, hari dimana dia udah gak kuat melawan penyakitnya dia pergi buat selama-lamanya, hari dimana harusnya hari paling bahagia dalam setahun untuk bokap gue, ya.. 11 mei adalah hari ulang tahun bokap. Tapi dia dapet kado kematian kakek pada hari itu.

Gak ada yang tau persis gimana kakek gue meninggal, dia meninggal dalam tidurnya. Padahal semalem dia masih makan malem bareng om dan tante gue, kata tante gue.pagi hari pas dia cek ke kamar kakek gue, dia (kakek gue) udah gak ada. Gue masih inget saat itu hari jum’at dan tiba-tiba gue dipanggil ke meja piket saat gue masih di sekolah. Gue liat bokap dari kejauhan, saat gue samperin dia bilang kalo kakek udah gak ada.

 Kakek gue dikuburin tepat disebelah kuburan nenek gue, saat nenek gue meninggal dia langsung booking itu tempat disebelah nenek gue buat dia sendiri. Dan jadilah makam itu bersebelahan sampai sekarang.

Gue belajar banyak dari dia. yaitu gue belajar untuk setia terhadap janji-janji yang udah kita ucap. Karena dia mungkin punya janji kepada nenek gue. makanya gue seneng banget tiap ada film Disney “UP” tentang seorang kakek yang ingin mewujudkan mimpi istrinya untuk pergi dan punya rumah di atas gunung di Amerika Selatan, sampe-sampe dia nerbangin rumahnya sendiri pake balon gas. Film itu ngingetin gue dengan kakek gue.

Mau jadi apa cowok yang gak bisa jaga janji, mulut, dan kesetiannya?” adalah hal tersirat yang gue ambil dari dia, kalimat yang menghalangi cita-cita gue menjadi playboy, karena gue udah terkutuk di kutukan keluarga gue.. kutukan untuk cowok yang bakal setia dan ngelakuin tindakan gila untuk menjaga hal itu.

 Gue akan menunggu hal gila versi bokap gue, dan hal gila versi gue sendiri suatu hari nanti dalam menjaga suatu hal, yang disebut kesetiaan.


11 Mei 2013.

-Fadh

ini adalah foto saat adek gue (Dio) di makam nenek dan kakek gue tadi..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar