Senin, 15 Februari 2016

Malam Panjang

Malam Panjang
Karya: Fadlu Pratama

“Menurutmu, kenapa seorang penulis dikatakan sebagai penulis?” tanyaku.

“Mungkin, karena mereka menulis” jawabnya.

“Aku juga tahu itu! Tetapi, bagaimana dengan penulis yang sudah tidak lagi menulis?” tanyaku lagi.

Dia terdiam sejenak, kedua tangan mungilnya masih memegang mug kecil dengan kopi hangat di dalamnya. Hanya jari-jarinya yang terlihat, sementara punggung tangannya tertutup lengan sweater merah marunnya. Dia memalingkan wajahnya ke langit-langit, kemudian melempar pandangannya ke mataku. “Tidak tahu juga sih” jawabnya singkat.
Aku hanya diam, kembali menempelkan pantat rokok dengan mulutku kemudian mengembuskannya. Kini asap-asap itu mengegelingi kami, berputar mengitari lampu yang berwarna oranye di atas kami, lalu pergi menghilang.